Bab 28 – Pembalikan Ligasi Tuba Laparoskopi

Bab 28 – Pembalikan Ligasi Tuba Laparoskopi

Ligasi tuba ( dikenal juga sebagai mempunyai “tabung yang diikat” ) adalah prosedur bedah untuk sterilisasi, dimana seorang wanita dengan saluran tuba yang ditutup secara permanen. Ligasi tuba dianggap sebagai metode permanen dalam mengendalikan kelahiran. Ligasi tuba biasanya dilakukan melalui rute laparoskopi ( lihat pada Bab 22 ). Beberapa pasien mengungkapkan bahwa mereka ingin hamil lagi dikemudian hari dengan berbagai alasan termasuk perceraian dan pernikahan kembali, kehilangan anak, maupun karena kesadaran mereka ingin menambah jumlah anak di keluaga. Pada kasus wanita yang sebelumnya telah menjalani ligasi tuba namun ingin memiliki bayi lagi , bisa dilakukan dengan meminta pembalikan ligasi tuba.

Terdapat 2 cara dimana seorang wanita yang sebelumnya pernah menjalani ligasi tuba namun bisa hamil lagi. Yang pertama adalah dengan melakukan operasi untuk pembalikan ligasi tuba dan yang kedua adalah dengan melakukan Fertilisasi-invitro ( IVF ). Sangat penting sebelumnya untuk memahami mengenai kelebihan dan keuntungan dari masing – masing teknik operasi sebelum memutuskan untuk memakai teknik operasi yang mana yang akan dilakukan nantinya.

 

Perbandingan antara kelebihan dan kekurangan dari pembalikan tuba laparoskopi dan IVF

Perbandingan
Pembalikan Ligasi Tuba
IVF
Kelebihan
Kelebihan

Satu kali prosedur

Lebih alami

Dapat mengobati penyakit ginekologi lainnya secara bersamaan
Dapat dilakukan walapun jumlah sperma rendah

Faster and non surgical
Kekurangan
Operasi

Anestesi umum

Resiko kehamilan ektopik

Ketidaknyamanan saat bedah

5% tuba tidak dapat diperbaiki

Apabila gagal , maka IVF dilakukan

Perlu alat kontrasepsi di waktu yang akan datang

dipandu USG

Anestesi sedasi

Resiko kehamilan ganda

Hiperstimulasi Ovarium

5% -10% of cycles cancelled

Apabila gagal , maka dilakukan kembali

Tuba masih ” terikat”

Kelebihan dari pembalikan ligasi tuba bahwa setelah berhasil melakukan operasi ” membuka ” tuba , setiap bulan pasangan dapat mencoba kehamilan, apabila dia berhasil hamil, maka dia dapat memiliki kehamilan sebanyak mungkin . Kekurangannya adalah jika dia hanya menginginkan 1 kehamilan saja , kedepannya dia harus menggunakan kontrasepsi. Ada juga insiden sebesar 5 % kehamilan ektopik setelah melakukan pembalikan ligasi tuba.

Secara tradisional, pembalikan dilakukan dengan menggunakan sayatan besar ( laparotomi ) dan mikroskop atau alat peningkat gambar yang lainnya. Proses waktu untuk pemulihannya pun bisa beberapa minggu, namun sekarang operasi dapat dilakukan secara laparoskopi.

Faktor yang terpenting dalam menentukan kesukesan pembalikan ligasi tuba adalah dari teknik yang dilakukan saat ligasi tuba. Selama ligasi tuba, bagian dari tuba dihancurkan ( lihat pada Bab 22 ). Semakin kecil kerusakannya, semakin baik pula untuk peluang kehamilan setelah pembalikan tuba. Umumnya, pada pasien yang telah menjalani ligasi tuba dengan menggunakan klip ( Gambar 22.1 ) akan memiliki tingkat keberhasilan yang baik karena jumlah bagian dari tuba yang dihancurkan hanya akan menjadi 4 mm. Apabila ujung tabung fimbria telah diangkat ( fimbriektomi ) maka akan membuat rendahnya keberhasilan pembalikan tuba. Ligasi tuba dengan koagulasi atau dengan penjahitan serta pemotongan tuba tergantung pada panjang ukuran tuba normal yang tertinggal untuk rekonstruksi. semakin pendek jumlah tuba yang tertinggal setelah ligasi tuba, semakin buruk pula keberhasilan kehamilan setelah rekonstruksi.

Asessement pra operasi

Sebuah tinjauan catatan operasi dari teknik ligasi tuba yang sebelumnya digunakan dapat menjadi berguna.Apabila teknik ligasi tuba dilakukan mengakibatkan hilangnya sebagian besar di tuba, maka IVF bisa menjadi pilihan yang terbaik untuk mencapai kehamilan. Seringkali informasi ligasi tuba yang sebelumnya mungkin tidak tersedia. Dalam hal seperti itu, diperlukan pasien untuk terlebih dahulu menjalani diagnostik laparoskopi untuk dapat melihat apakah tuba dapat diterima untuk rekonstruksi. Apabila adanya ketidaksesuaian untuk perbaikan, maka pembalikan tuba dibatalkan dan pasien dapat melanjutkan menjalani IVF. Namun apabila kondisi tuba terlihat cukup baik, operasi akan dilanjutkan sebagaimana mestinya sesuai dengan yang direncanakan di awal.

Operasi

Laparoskopi dilakukan dengan cara biasa ( lihat pada Bab 15 ). Setelah penempatan laparoskop untuk memvisualisasikan rahim, tuba dan ovarium, 3 trokar sekunder ditempatkan untuk menghantarkan instrumen bedah mikro. Instrumen bedah mikro merupakan instrumen yang lebih tipis / halus dibandingkan dengan instrumen lain yang digunakan dalam laparoskopi normal. Penghalang tuba diangkat dan dua segmen tuba disiapkan untuk dihubungkan. Bagian dari tuba yang tetap melekat ke rahim disebut dengan ujung proksimal dan bagian lain dengan ujung fimbria disebut dengan bagian distal tuba. Pewarna biru disuntikkan melalui serviks untuk dapat melihat apakah bagian proksimalnya paten. Dalam menentukan apakah bagian distal tuba adalah paten, probe ditempatkan di ujung fimbria dan cairan pewarna biru disuntkkan. Apabila pewarnanya keluar dari ujung yang lain, maka ujung distal dari tuba adalah paten. Metode yang lainnya adalah memasukkan tuba tipis melalui serviks dan kedalam tuba falopi dari ujung proksimal kedalam ujung distal dan keluar dari fimbria. Cara ini juga akan membantu untuk menyelaraskan kedua bagian tuba untuk koneksi. Kemudian 2 ujung tuba dijahit bersama menggunakan jahitan yang tipis. Dalam menjahit kedua bagian secara bersamaan dibutuhkan teknik bedah lanjutan. Proses tersebut diulangi pada tuba yang lain. Setelah selesai menyambungkan kedua tuba, pewarna biru disuntikkan melalui serviks dan apabila pewarna terlihat mengalir keluar dari kedua ujung fimbria, maka operasi dianggap berhasil.

Gambar 28.1 Ligasi tuba bilateral selesai dilakukan. Klip filshie masih terlihat di tuba kiri tetapi tidak terlihat di tuba kanan dan klip filshie kanan ditemukan di kantong Douglas
Gambar 28.2 Anastomosis tuba falopi kiri
Gambar 28.3 Anastomosis tuba falopi kanan
Gambar 28.4 Kedua tuba falopi menjadi paten setelah operasi. pewarna biru terlihat keluar dari kedua tuba
Simak Video 28.1
Video 28.1 Pembalikan ligasi tuba

 

Kasus 28.1
Kehamilan spontan setelah pembalikan ligasi tuba

Nyonya CYL, merupakan seorang wanita yang telah berusia 32 tahun dan dia telah memiliki 2 orang anak. Pada bulan juni 2009 dia bertemu dengan saya untuk konsultasi. Di tahun 2005 dia menjalani ligasi tuba dan menggunakan klip Filshie. Diia menginginkan untuk pembalikan ligasi tuba pada bulan juli 2009 ( Simak video 27.1 ). Setelah itu dia hamil secara spontan dan telah melahirkan seorang bayi perempuan dengan kondisi bayi yang sehat pada bulan desember 2010.

Point pembelajaran

Wanita ini pernah menjalani ligasi tuba saat usianya 28 tahun. Mungkin dengan usia 28 tahun , dianggap terlalu dini untuk menjalani ligasi tuba. Pada pasien ini ada beberapa alasan mengenai keberhasilannya sewaktu menjalani pembalikan ligasi tuba. Alasan yang pertama adalah karena dia masih muda sehingga dia tidak memiliki masalah apapun mengenai ovulasi. Alasan yang kedua, karena telah menggunakan klip Filshie, jumlah jaringan yang rusak hanya kecil selama operasi maka dari itu operasi pembalikan ligasi tuba dapat berhasil.

 

Kehamilan

Pasien diharuskan untuk menunggu selama tiga bulan sebelum kehamilan dengan artian agar memberi kesempatan tuba untuk pulih / sembuh sepenuhnya. Mencoba untuk hamil sebelum itu dapat mengakibatkan peningkatan resiko tuba mengalami kehamilan ektopik.

 

 

Ringkasan

Pembalikan ligasi tuba dapat dilakukan dengan cara laparoskopi. Keberhasilan operasi ini tergantung pada teknik saat pembalikan tuba. Semakin panjang jarak tuba yang tertinggal setelah ligasi tuba, semakin baik pula keberhasilan pembalikan ligasi tuba yang dilakukan menggunakan klip.

KONTENT

Copyrights © 2024 Selva’s Fertility, Obsterics & Gynaecology Clinic. All Rights Reserved.