Ada beberapa operasi yang dapat dilakukan untuk tuba terblokir dan hidrosalping.
Hidrosalping
Hidrosalping biasannya dikatikan dengan adhesi ( perlengketan ) disekitar tuba. Tuba melekat pada ovarium, kista ovarium, rahim atau dinding samping panggul. Perlengketan ini biasanya dilepaskan dan tuba terlepas sebelum melanjutkan operasi. Ada 2 operasi yang dapat disarankan untuk hidrosalping,diantaranya sebagai berikut :
1. Pengangkatan tuba falopi ( salpingektomi )
Pada umumnya ini merupakan operasi yang sederhana untuk dilakukan secara laparoskopi, kesulitannya adalah melepaskan tuba dari perlengketan ( adhesi ) ke organ panggul dan perut. Sesudah dilepaskan maka tuba dapat potong dengan mudah dengan menggunakan diatermi dan gunting. Biasanya seluruh tuba diangkat hinga ujung kornu.
Kasus 29.1 : Salpingektomi hidrosalping bilateral laparoskopi dilakukan dan diikuti oleh 2 siklus IVF yang berhasil
Pada bulan mei 2008 RN telah berkonsultasi dengan saya dengan memiliki riwayat subfertilitas selama 7 tahun. Histerosalpingogram telah dilakukan di negara lain, dan telah menunjukkan adanya hidrosalping bilateral. Setelah melakukan pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari salpingektomi , dia akhirnya menjalani salpingektomi bilateral laparoskopi. Dia menjalani siklus IVF di bulan agustus 2008. Siklus itu merupakan siklus yang berhasil dan dia telah melahirkan seorang bayi laki-laki di tahun 2009. Dia melakukan siklus IVF yang kedua di tahun 2014 dan saat ini dia tengah hamil.
Pembahasan
Ketika terdapat hidrosalping berat, melakukan salpingektomi laparoskopi sebelum IVF/ICSI dapat meningkatkan peluang kehamilan.
2. Fimbrioplasti (membuka dan membuat ujung tabung fimbria )
Adhesiolisis dilakukan untuk melepaskan tuba. Untuk dapat memastikan bahwa tidak adanya penyumbatan di ujung kornu, pewarna metilen biru disuntikkan dan hidrosalping harus di isi dengan pewarna tersebut. Sayatan yang menyilang dibuat di ujung tabung yang paling jauh.
Cairan yang didalam tuba kemudian dibersihkan. Ujung pada tuba dijahit dengan menggunakan jahitan yang halus untuk membalikan ( memutarnya ) dan melekatkan ke bagian luar tuba, sehingga dapat menjaganya agar tetap terbuka dan mencegah penutupan kembali setelah operasi. Penjahitan menggunakan jahitan yang halus juga diperlukan kemampuan laparoskopi tingkat yang lanjut. Setelah tuba selesai diperbaiki , tuba langsung diuji guna mengetahui apakah tuba nya paten.
Kontroversi Pada Operasi untuk Hidrosapling
Hidrosalping merupakan terdapatnya cairan di tuba falopi yang rongga dan penyumbatan tuba / tabung nya berada di ujung fimbria. Adanya cairan yang kronis di dalam tuba dapat menyebabkan kerusakan pada silia di tuba. Silia yang rusak akan dapat mengurangi fungsi dari tuba falopi dalam memindahkan sel telur dan sperma. Semakin besar hidrosalping, semakin banyak pula kerusakan pada lapisan dalam dan silia tuba falopi.
Masalah lain dari hidrosalping adalah cairan yang telah terkumpul di dalam tuba dapat mengalir kedalam rongga endometrium. Cairan ini juga dapat mencegah implantasi embrio selama proses pembuahan alami saat tuba lainnya paten dan normal. Dalam IVF, Ketika embrio ditempatkan di rongga rahim cairan ini dapat membasuh embrio yang dapat mencegah implantasi.Penatalaksanaan bedah untuk hidrosalping masih kontroversial. Apabila hidrosalping berukuran besar terutama jika hidrosalping dapat terlihat pada USG, maka pengangkatan tuba merupakan tindakan operasi yang terbaik. Namun apabila bilateral, kedua tuba harus diangkat dan pasien akan memerlukan penanganan IVF untuk hamil.Jika hidrosalping kecil dan hanya terdeteksi saat histerosalpingografi ( HSG ) , maka disinilah ada kesulitan dalam memutuskan mana operasi yang terbaik untuk pasien. Jika hidrosalping ada hanya dalam satu tuba, tuba dapat diangkat dan pasien dapat hamil secara alami dengan tuba normal lainnya tanpa harus mengkhawatirkan akan cairan hidrosalping didalam tuba yang dapat mengganggu peluang kehamilannya.
Apabila hidrosalping nya bilateral, maka keputusan harus segera dibuat apakah memperbaiki tuba dengan fimbioplasti atau dengan mengangkat kedua tuba. Keputusan ini dapat melibatkan emosional. Namun di sisi lain, bahwa kelebihan dari pengangkatan tuba pasien berpeluang agar dapat hamil setelah IVF mungkin akan meningkat tetapi kekurangnya adalah dia tidak akan pernah bisa hamil secara alami. Kelebihan dari fimbrioplasti adalah dengan memperbaiki tuba, pasien masih punya peluang untuk dapat hamil secara alami, akan tetapi kekurangannya adalah jika dia tidak hamil dan jika hidrosalping muncul kembali dia memerlukan operasi kembali untuk mengangkat tuba sebelum menjalani IVF.
Tuba terblokir
Saat tuba terblokir / tersumbat baik diujung kornu maupun di tengah- tengah tuba, sumbatan tersebut terjadi mungkin karena spasme ( kejang ) atau adhesi didalam tuba. Insulflasi tuba biasanya dilakukan dengan menempatkan kanula di rongga dan menutup serviks kemudian mendorong cairan dengan pewarna kedalam rongga, untuk membuka dan menyiram tuba. Ketika tidak ada cairan pewarna yang terlihat keluar pada ujung fimbria, beberapa hal dapat dilakukan sebagai beriikut :
1) Sebuah tabung kecil dapat ditempatkan langsung di ostium tuba (g) dan pewarna dapat disuntikkan untuk ” membuka tuba”.
2) Sebuah kawat padat dapat dimasukkan melalui kateter yang ditempatkan di ostium tuba dan kawat kemudian dapat didorong untuk membantu dalam melepaskan adhesi yang ada didalam tuba untuk membukanya ( lihat pada Bab 40 dan Gambar 40.5, 40.6 dan 40.7 )
3) Reimplantasi tuba ke ujung kornu uterus / rahim. Terkadang sumbatan berada di ujung kornu tuba. Pada situasi seperti ini, area yang tersumbat di ujung kornu dapat dipotong dan tuba dilepaskan dari rahim dan kemudian direimplantasi ke ujung kornu pasien. Tadinya operasi ini sangat populer sebelum hadirnya IVF, namun saat ini operasi seperti ini jarang dilakukan karena sulitnya melakukan operasi tersebut dan tingkat kehamilan tidak terlalu tinggi. Sehingga dengan situasi seperti ini dianjurkan untuk melakukan IVF.
Semua dari strategi ini dapat membantu dalam membuka tuba di beberapa pasien namun tidak ada jaminan bahwa “tuba terbuka” akan dapat berfungsi atau pasien dapat hamil secara spontan setelah operasi. Tuba yang ” terbuka ” saat operasi laparoskopi bisa ditutup kembali setelah operasi dilakukan. Apabila pasien tidak bisa hamil secara spontan, maka HSG ulang harus dilakukan. Dan jika tuba tersumbat / terblokir kembali, maka dia memerlukan IVF. ( simak video 29.3 Kanulasi histeroskopi untuk penyumbatan tuba proksimal ).
Ringkasan
Tuba tersumbat dan hidrosalping tidak jarang terjadi pada wanita yang mengalami kesulitan untuk hamil. Kondisi ini biasanya didiagnosis dengan histerosalpingogram ( HSG ). Tuba yang terblokir dapat ” terbuka ” dengan melakukan laparoskopi dan histeroskopi dalam waktu yang bersamaan. Hidrosalping dapat diperbaiki ( fimbrioplasti ) ataupun diangkat ( salpingektomi ). Pada banyak pasien dengan kondisi seperti ini, IVF mungkin harus dilakukan untuk dapat mencapai kehamilan yang sukses.