Bab 30 – Bedah Laparoskopi untuk Penyakit Radang Panggul

Bab 30 – Bedah Laparoskopi untuk Penyakit Radang Panggul

Modalitas utama dari pengobatan radang panggul adalah antibiotik. Bedah laparoskopi jarang diperlukan saat penyakit radang panggul didiagnosis secara klinis namun bedah / operasi laparoskopi dapat dilakukan dalam keadaan seperti berikut ini :

1) Infeksi Persisten

Saat masalah gejala PID tidak terselesaikan setelah pemberian antibiotik dan pengumpulan cairan menyerupai abses yang terlihat di panggul pada USG, mungkin perlu dilakukannya laparoskopi. Kekambuhan dari gejala PID ditempat yang sama dapat menjadi alasan lain untuk melakukan laparoskopi. Maksud dan tujuan dari operasi / pembedahan adalah membuat diagnosis terlebih dahulu dengan mengambil beberapa cairan untuk kultur dan sensitivitas dan untuk membuang pus ( berupa nanah ). Kadangkala terutama saat dimana kekambuhan terjadi, pengangkatan tuba falopi ( salpingektomi ) mungkin diperlukan untuk mengontrol penyebaran dari penyakit./p>

Gambar 30.1 Penyakit radang panggul (a) uterus, (b) tuba falopi kanan dengan pus yang berada didalam ( indikator panah menunjukkan pada nanah ), (c) pus di kantong Douglas, (d) ovarium kiri
Gambar 30.2 salpingektomi kanan dilakukan

2) Diferensial Diagnosis

Terkadang diagnosis terhadap PID tidak dapat ditegaskan oleh pemeriksaan klinis dan USG pada panggul. Ada kekhawatiran radang usus buntu, kista ovarium bengkok ataupun kista hemoragik. Dalam situasi seperti demikian , mungkin diperlukan laparoskopi untuk dapat mengkonfirmasikan diagnosis. Apabila diagnosis PID dikonfirmasi, cairan dapat diangkat untuk kultur dan pengumpulan aspirasi nanah.

3) Investigasi terhadap infertilitas atau nyeri panggul kronis

Laparoskopi merupakan bagian dari investigasi terhadap infertiltas ataupun nyeri panggul kronis. Adhesi / perlengketan pada panggul menyebabkan tuba dan ovarium melekat pada uterus, dinding samping panggul dan usus yang dapat menyebabkan infertilitas dan / atau nyeri panggul kronis. Hidrosalping dapat muncul dengan baik. Adhesi ini dapat dilepaskan dan diangkat serta hidrosalping dapat diperbaiki ( lihat pada Bab 29 ).

Gambar 30.3 Adhesi peripatetik yang parah terlihat pada wanita yang mengalami infertilitas dengan tanpa gejala yang lainnya. Penyebab dari ini biasanya disebabkan oleh infeksii klamidia.
Gambar 30.4 uterus, tuba kiri dan ovarium tertimbun dalam adhesi
Gambar 30.5 adhesi antara tuba rahim dan usus

Kasus 30.1 : Penyakit Radang Panggul yang berulang ( PID ) : salpingektomi laparoskopi

Nyonya HKL saat ini telah berusia 43 tahun, dia pernah berkonsultasi yang pertama kalinya dengan saya pada tahun 1998 saat usia nya 26 tahun. Dia telah memiliki 4 orang anak pada waktu itu dan mengalami sakit fosa iliaka kanan yang parah. Dokter bedah umum telah mendiagnosis dia terkena radang usus buntu akut dan dia menjalani laparoskopi. Pada laparoksopi apendiks ditemukan dengan kondisi yang normal. Terdapat gumpalan darah pada panggul dan terlihat juga kista ovarium yang ruptur dan berdarah. Gumpalan darah telah dievakuasi dan kista ovarium yang berdarah telah di kauteterisasi. Apendiks pun diangkat. Pasca operasi keadaan dia baik – baik saja. Dia hamil anak yang ke-5 dan merlahirkan secara normal pada tahun 2003 ( di usianya yang ke-31 tahun ). Setelah melahirkan, dis segera menjalani laparotomi dan ligasi tuba.Dia terlihat kembali di bulan Maret 2005 ( usia dia yang ke 33 tahun ) dengan mengeluhkan nyeri panggul yang ringan pada sisi kiri. Ada beberapa rasa sakit yang muncul saat dokter meraba rahim pada pemeriksaan vagina. Dia tidak mengalami keputihan dan dia didiagnosis dengan kasus penyakit radang panggul ringan ( PID ) dan telah diberikan antibiotik , lalu dia telah pulih.Dia terlihat kembali di bulan juni 2007 ( usianya yang ke 35 tahun ) dengan nyeri panggul pada sisi kiri serta USG transvaginal telah dilakukan namun tidak menyatakan adanya kelainan. Dia merasakan rasa sakit yang ringan saat pemeriksaan vagina. Kembali dia didiagnosis PID. Dia tidak tertarik untuk masuk rawat inap dan tidak ingin diberikan antibiotik oral.Dia dirawat pada hari berikutnya karena nyeri perut bawah yang parah. Laparoskopi dilakukan dan ada beberapa nanah di kavum Douglas (g) dan tuba kiri telah terinfeksi. Dia menjalani salpingektomi kiri (g). Tidak ada organisme yang tumbuh dari nanah yang diambil dari tuba falopi untuk kultur dan sensitivitas (g). Pasca operasi, keadaan dia baik-baik saja dan akhirnya diperbolehkan pulang disertai dengan pemberian antibiotik. Kondisi dia sehat sampai bulan september 2012 ( usianya yang ke 40 )ketika dia dilarikan ke unit gawat darurat karena nyeri fosa iliaka kanan. Pemeriksaan dan USG telah menyatakan pembesaran pada tuba falopi kanan dan nyeri pada pemeriksaan vagina. Dia tidak tertarik untuk rawat inap dan dirawat karena PID dengan antibiotik oral. 1 bulan kemudian dia dirawat dengan nyeri panggul yang parah. CT scan telah dilakukan dan menunjukkan massa pada panggul kanan. Kemudian dia menjalani laparoskopi. tuba falopi kanan telah terinfeksi nanah ( Gambar 30.1 ). Nanah yang telah diambil untuk kultur dan sensitivitas tidak menyatakan adanya kelainan. Pasca operasi kondisi dia baik-baik saja.

Simak Video 30.1
Salpingektomi laparoskopi pada pasien dengan penyakit radang panggul berulang

Pembahasan

Kasus ini mengilustrasikan kesulitan dalam diagnosis dan pengobatan PID yang berulang. Sejak dari tidak adanya organisme yang dikultur dari nanah yang didapat dari panggul, penyebab pasti dari PID tidak diketahui. Suaminya menyangkal pada gejala apapun. Semua peristiwa PID diobati dengan antibiotik spektrum luas (g) untuk menutupi organisme yang menyebabkan PID seperti klamidia, gonore, dan bakteri Gram negatif (g) . Saat gejalanya tidak berangsur membaik, maka dilakukan laparoskopi dan tuba falopi yang terinfeksi diangkat.

Kasus 30.2 Adhesiolisis laparoskopi dan fimbrioplasti dilakukan dan diikuti oleh siklus IVF yang berhasil

UL adalah seorang wanita yang telah berusia 28 tahun dan telah menikah selama 3 tahun berkonsultasi dengan saya karena masalahnya tidak dapat hamil. Sebelumnya dia telah menjalani histerosalpingografi ( HSG ) yang telah menunjukkan tabung kanan paten dan hidrosalping ( diliatasi bersamaan dengan cairan ) di tuba kiri. Sebelumnya dia pernah mencoba inseminasi intrauterin ( IUI ) akan tetapi tidak berhasil. Dia juga telah melakukan terapi klomifen sitrat ( obat induksi ovulasi ). Pemeriksaan dan USG telah menunjukkan bahwa rahim pada ukuran yang normal dan kedua ovariumnya pun normal. Akan tetapi ada struktur kistik yang memanjang di sisi kiri yang berukuran 1,33 x 2,95 cm yang mirip dengan hidrosalping. Dia menjalani laparoskopi. Laparoskopi memperlihatkan adhesi ekstensif dengan adhesi peripetatik ( Gambar 30.3 – 30.4 ). Dia menjalani adhesiolisis laparoskopi dan salpingektomi kiri ( pengangkatan tuba falopi ). Fimbrioplasti kanan ( perbaikan tuba falopi – lihat pada bab 29 ) juga dilakukan. Pasca operasi kondisi dia baik-baik saja. Dia menjalani program fertilisasi invitro (IVF) 2 bulan setelah operasi dan dia hamil ( simak video 30.2 adhesiolisis laparoskopi dan fimbrioplasti dilakukan disertai dengan siklus IVF yang berhasil ).

Pembahasan

Tuba falopi dengan hidrosalping yang tebal biasanya tidak dapat berfungsi. Cairan dalam tuba dapat menghancurkan lapisan dalamnya dan bahkan jika tuba diperbaiki, tuba tidak dapat berfungsi untuk meneruskan telur dan memindahkannya ke bawah tuba falopi. Selain itu, pada saat waktunya mungkin akan terblokir kembali. Cairan yang terkumpul di tuba dapat tumpah kedalam rongga rahim dan membanjiri embrio yang ditempatkan disana selama program IVF. Dengan demikian, tuba dengan hidrosalping harus diangkat sebelum melakukan program IVF.

Simak Video 30.2
Adhesiolisis laparoskopi dan fimbrioplasti dilakukan disertai dengan siklus IVF yang berhasil

 

 

Ringkasan

Modalitas pengobatan yang utama untuk pengobatan penyakit radang panggul adalah antibiotik. Laparoskopi dilakukan saat terdapatnya infeksi persisten yang memerlukan pembuangan nanah dan bahkan pengangkatan tuba falopi atau ovarium, untuk membuat diagnosis PID dan mengobati wanita dengan PID kronis yang menyebabkan adhesi dan infertilitas.

KONTENT

Copyrights © 2024 Selva’s Fertility, Obsterics & Gynaecology Clinic. All Rights Reserved.