Bab 41 – Pengangkatan Fibroid dengan Histeroskopi ( Reseksi Fibroid Transervikal ( TCRF ) )

Bab 41 – Pengangkatan Fibroid dengan Histeroskopi ( Reseksi Fibroid Transervikal ( TCRF ) )

Fibroid submukosa adalah fibroid yang menonjol kedalam rongga rahim.

Fibroid pada dasarnya terbagi menjadi 3 tipe , yaitu :

Tipe 0 : Fibroid ditemukan secara menyeluruh di rongga rahim dengan tanpa ektensi kedalam endometrium

Tipe 1 : Fibroid submukosa yang kurang dari 50 % ditemukan di dalam endometrium

Tipe 2 : Fibroid submukosa yang lebih dari 50 % ditemukan di dalam endometrium

Gambar. 41.1 Tipe 0
Gambar. 41.2 Tipe 1
Gambar. 41.3 Tipe 2

Gejala

Fibroid submukosa kecil bahkan dapat menyebabkan gejala seperti :

1) menstruasi berat

2) menstruasi yang berkepanjangan dan bercak darah / flek

3) keputihan

4) kram saat menstruasi

5) perdarahan setelah menstruasi

Diagnosis

Diagnosis fibroid submukosa dapat dibuat dengan :

1)  USG transvaginal (Gambar 41.4).

2)  Saline Infusion Sonology (SIS) – Pemeriksaan dengan menggunakan USG dengan cairan / larutan garam yang disuntikkan ke dalam rongga rahim. Cairan yang telah berada di dalam rongga rahim akan bergerak disekitar fibroid, dengan demikian adhesi fibroid pada uterus akan dengan mudah terlihat. ( Gambar 41.6 )

3)  Magnetic Resonance Imaging (MRI) – MRI dapat memperlihatkan adanya fibroid submukosa, akan tetapi sangat mahal untuk melakukan diagnosis melalui MRI.

4)  Office Hysteroscopy – Konfirmasi diagnosis fibroid submukosa juga dapat dilakukan melalui Office Hiteroskopi sebelum operasi dipikirkan ( Gambar 41. 5 ).

Gambar41.4. USG transvaginal menunjukkan fibroid submukosa
Gambar 41.5. Histeroskopi menunjukkan fibroid submukosa
Gambar 41.6 saline infusion sonography

Kasus 41.1
Kehamilan spontan setelah dilakukannya Reseksi Fibroid Transervikal untuk fibroid submukosa

Nyonya CSB merupakan seorang wanita yang berusia 37 tahun dan telah memiliki 2 orang anak. Pada bulan agustus 2013, dia telah dirujuk untuk bertemu dengan saya karena sudah 2 tahun dia mengalami masalah ketidakmampuan untuk hamil. Anak nya yang bungsu telah berusia 5 tahun. Dia mengalami 1 peristiwa menstruasi yang berat dan mengalami juga dismenore. Saat USG transvaginal, menunjukkan adanya fibroid submukosa yang berukuran 2,71 x 3,25 cm. Kemudian Office Histeroskopi dilakukan dan terlihat fibroid submukosa besar posterior tipe 2 ( Gambar 41.5 ). Hemoglobinnya 5,8g%. Dia akhirnya harus dirawat karena transfusi darah harus dilakukan dan juga harus diberikan analog hormon pelepas gonadotropin ( GnRH ) bulanan sebanyak 3 dosis. Ukuran fibroidnya berkurang menjadi 2,19 x 3,04 cm. Di bulan oktober 2013 dia menjalani reseksi fibroid transervikal. Pasca operasi, kondisi dia dalam keadaan yang baik, dan kemudian dia hamil secara spontan pada bulan Juni 2014. ( simak pada video 41.1 ).

Pertimbangan Pra operasi

1)  Jenis operasi yang akan dilakukan ditentukan dengan ukuran pada fibroid submukosa. Pasien dengan fibroid submukosa yang besar (>3cm) mungkin perlu dilakukan suntikkan analog GnRH ( hormon pelepas gonadotropin ) untuk mengecilkan ukuran fibroid. Analog GnRH dapat diberikan selama 2 -3 bulan. Dengan kata lain, operasi histeroskopi lebih mudah dilakukan pada ukuran fibroid submukosa yang lebih kecil.

2)  Jenis daripada fibroid juga sangatlah penting. Secara umum, fibroid bertipe 0 dapat diangkat dengan mudah melalui histeroskopi. Fibroid yang bertipe 2 agak lebih sulit dan mungkin memerlukan 2 kali operasi untuk mengangkatnya.

Persiapan Pra operasi

1)  Operasi biasanya dilakukan saat setelah pasien menstruasi. Pasien yang telah diberikan analog GnRH memungkinkan tidak mengalami menstruasi.

2)  Pasien biasanya akan dirawat inap di hari yang sama saat akan melakukan operasi. Obat berbentuk tablet yang dinamakan misoprostol perlu diminum atau diletakkan di dalam vagina agar dapat melunakkan serviks, dengan demikian serviks dapat dilebarkan dengan mudah selama operasi.

Bagaimana operasi dilakukan ?

1)  Operasi biasanya dilakukan di bawah anestesi spinal atau epidurial.

2)  Perineum dan vagina akan dibersihkan dengan antiseptik. Drape ( tirai ) yang sudah steril ditempatkan dan hanya bagian perineum saja yang terekspos.

3)  Serviks akan dilebarkan untuk dapat memungkinkan masuknya histeroskopi yang berdiameter lebih besar ( resektoskop ).

4)  Kamera dipasangkan ke histeroskop agar operasi dapat divisualisasikan ke monitor,

5)  Cairan digunakan untuk menggembungkan rongga rahim agar rongga dapat di visualisasikan selama operasi.

6)  Penggunaan loop dengan listrik yang digunakan untuk memotong fibroid menjadi potongan – potongan yang kecil hingga pangkal / dasar fibroid tercapai. Kepingan- kepingan fibroid kemudian diangkat melalui vagina.

7)  Setiap ada perdarahan yang terlihat akan dikoagulasi .

Video 41.1
Transcervical Resection of Fibroid
https://vimeo.com/149851760
https://www.youtube.com/watch?v=mgEwvrRiFpA
Gambar 41.7. Serangkaian gambar yang menunjukkan mengenai bagaimana Reseksi Fibroid Transervikal dilakukan

Keuntungan dengan melakukan Reseksi Fibroid Transervikal

1)  Tidak akan ada sayatan pada perut bila dibandingkan melakukan miomektomi dengan laparoskopi maupun laparotomi.

2)  Pasien dapat hamil dengan segera setelah melakukan TCRF, karena tidak adanya sayatan pada rahim. Setelah menjalani miomektomi, sayatan akan ada di dalam rahim , sehingga kehamilan harus ditunda selama 6 – 9 bulan.

3)  Wanita yang telah hamil setelah melakukan TCRF, dapat melahirkan dengan normal. Wanita yang menjalani miomektomi, kemungkinan perlu melahirkan melalui operasi caesar.

4)  Dengan TCRF, pasien dapat mengalami pemulihan dengan segera dan cepat. Pada miomektomi, pemuliha pasien dapat berlangsung dari 1 minggu ( miomektomi melalui laparoskopi ) hingga 1 bulan ( miomektomi melalui laparotomi ).

Kerugian dari Reseksi Fibroid Transervikal

1) Pada TCRF, yang dapat diangkat hanyalah fibroid submukosa. Sedangkan dengan melakukan miomektomi melalui laparoskopi atau laparotomi, semua jenis fibroid yang lain seperti intramural atau subserosa dapat diangkat secara bersamaan.

2) Terkadang, fibroid submukosa dengan ukuran yang lebih besar hanya dapat diangkat dengan lebih dari satu kali operasi.

Anjuran Pasca Operasi

1)  Pasien biasanya dikembalikan ke kamar rawat inap setelah operasi selesai dilakukan.

2)  Jika pasien telah diberikan anestesi spinal atau epidurial, pasien akan mengalami mati rasa dan lunglai pada anggota tubuh bagian bawah sekitar 6 jam lamanya.

3)  Beberapa pasien ada yang dirawat inap selama semalam, sementara yang lain mungkin bisa dipulangkan pada hari yang sama.

4)  Setelah prosedur, kemungkinan pasien akan mengalami kram, mirip dengan nyeri saat haid. Mungkin juga ada yang mengalami nyeri pada bahu yang disebabkan oleh cairan yang digunakan untuk menggembungkan rahim, namun rasa sakit tersebut akan hilang dalam beberapa hari ke depan.

5)  Mungkin juga pasien akan mengalami beberapa pendarahan setelah prosedur dilakukan, akan tetapi pendarahan akan hilang dalam beberapa hari juga.

6)  Pasien harus menghindari dulu hubungan seks hingga pendarahan dan keputihan berhenti.

7)  Pemberian antibiotik kepada pasien dapat dapat dilakukan sebelum dan sesudah prosedur.

8)  Penggunaan tampon atau pembalut harus dihindari setidaknya selama satu bulan setelah histeroskopi agar dapat menghindari resiko infeksi.

9)  Nyeri perut pada bagian bawah, nyeri saat buang air kecil, demam, keputihan yang berbau tidak sedap serta pendarahan yang berat merupakan gejala yang membutuhkan penanganan segera dari dokter.

Ringkasan

Reseksi Fibroid Transervikal merupakan operasi yang bagus untuk pasien yang menderita fibroid submukosa karena banyak sekali keuntungan dengan melakukan TCRF dibandingkan melakukan miomektomi dengan laparoskopi atau laparotomi. TCRF harus dilakukan oleh ginekolog yang ahli / berpengalaman.

KONTENT

Copyrights © 2024 Selva’s Fertility, Obsterics & Gynaecology Clinic. All Rights Reserved.