Bab 6 – Polip Endometrium

Bab 6 – Polip Endometrium

Polip endometrium juga dikenal sebagai polip uterus, adalah pertumbuhan dari lapisan dalam rahim ( endometrium ) yang menonjol kedalam rongga endometrium. Polip melekat pada rongga rahim dengan batang tipis ( polip bertangkai ) atau dasar yang luas ( polip sessile ). Polip bertangkai biasanya lebih sering terjadi dibandingkan dengan polip sessile. Ukurannya berkisar antara beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Mungkin hanya ada satu atau beberapa polip. Kadang polip bertangkai dapat menonjol melalui serviks dan ke dalam vagina. Pembuluh darah kecil mungkin dapat ditemukan terutama pada polip besar. Polip endometrium biasanya jinak ( non kanker ) akan tetapi suatu hari bisa berubah menjadi ganas ( kanker ).

Gambar 6.1 Polip Endometrium ( rahim )
Gambar 6.2 Polip endometrium

Penyebab

Penyebab terbentuknya polip belum dapat diketahui. Endometrium berada di bawah pengaruh hormon estrogen dan estrogen yang berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya polip.

Faktor resiko

Polip rahim lebih sering terjadi pada wanita yang berusia 40 an dan 50 an. Polip ini dapat terbentuk pada wanita yang telah pasca- menopause akan tetapi jarang muncul kepada wanita yang berusia di bawah 20 tahun. Polip juga lebih sering terjadi kepada wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas dengan tekanan darah yang tinggi. Wanita yang mengkonsumsi tamoxifen ( obat yang memiliki fungsi untuk mengobati kanker payudara ) dan Terapi Penggantian Hormon juga memiliki resiko yang lebih tinggi terkena polip rahim.

Gejala-gejala

Polip rahim bisa juga tanpa adanya gejala dan hanya terdeteksi saat
pemeriksaan USG rutin. Gejala lainnya adalah:

1) Perdarahan atau bercak di antara siklus haid

(pendarahan intermenstrual)

2) Pendarahan setelah berhubungan seks

(pendarahan pasca senggama)

3) Haid berat

4) Nyeri haid (dismenore)
Ini dapat terjadi ketika polip menonjol melalui serviks dan ke dalam vagina

5) Ketidakmampuan untuk hamil
Adanya polip mungkin dapat menjadi penyebab ketidakmampuan untuk hamil. Polip dapat mencegah implantasi embrio dan kadang juga polip dapat meningkatkan resiko keguguran.

6) Perdarahan atau bercak setelah menopause

Kasus 6.1 : Polip endometrium yang merupakan kanker

Nyonya LPH adalah seorang wanita yang berusia 52 tahun yang memiliki periode menstruasi normal terakhir pada bulan April 2013. Dia mengunjungi saya pada bulan Oktober 2014 dengan masalahnya tentang bercak haid pascamenopause pervagina. USG transvaginal yang dilakukan menunjukkan uterus yang besar dengan multipel fibroid uterus kecil, ukuran terbesarnya 2,56 x 2,23 cm. Terdapat kistik endometrium yang berukuran sekitar 1 cm ( Gambar 6.4 ). Dia menjalani office histeroskopi dan polip telah diangkat (Gambar 6.5 ).Histopatologi menunjukkan bahwa polip hiperplastiik dengan kecurigaan adenokarsinoma. Dia menjalani laparoskopi histerektomi total, salpingooofrektomi bilateral dan pengambilan sampel kelenjar getah bening di bulan November 2014. Histopatologi uterus tidak menunjukkan adanya residu kanker endometrium.

Pembahasan

Pendarahan setelah menopause memerlukan penyelidikan. Hal ini terutama terjadi ketika endometrium menebal atau jika polip terlihat pada rongga endometrium. Pada pasien ini diangkat polip endometrium yang ganas akan tetapi untungnya rongga endometrium tidak terlibat dan pengangkatan rahim telah menyembuhkan kankernya.

Kasus 6.2 : Pengangkatan polip endometrium pada wanita subfertil yang membawa kepada kehamilan alami

Nyonya LSY mengunjungi saya pada bulan November 2013 karena masalah ketidakmampuannya untuk hamil. Dia sudah memiliki anak berusia 7 tahun dan mencoba untuk hamil lagi selama 5 tahun terakhir. Pada pemeriksaan dan USG beberapa fibroid kecil terlihat di uterus. rongga pada rahim menebal. Dia menjalani offiice laparoskopi dan polip endometrium besar terlihat. Polip di potong menjadi 3 bagian dan di angkat. Pada bulan Februari 2014 dia tidak mendapatkan haid dan mengambil test kehamilan dan hasilnya positif.Dia melahirkan bayi perempuan sehat pada bulan Oktober 2014

Pembahasan

Polip endometrium dapat menjadi salah satu penyebab infertilitas. Ketika endometrium tebal, histeroskopi dapat membantu mendiagnosis dan mengangkat polip.

Diagnosis

Polip endometrium dapat dicurigai ketika pasien memiliki gejala seperti yang sudah dibahas di atas tadi. Investigasi akan mencakup :

1) USG Transvaginal

Ini adalah prosedur dimana probe USG ditempatkan ke dalam vagina untuk membuat visualisasi rahim dan rongga rahim. Setiap ditemukan adanya ketidakberesan pada rongga rahim dapat diindikasikan sebagai polip endometrium. Namun, pada beberapa wanita yang memiliki lapisan rahim yang menebal, polip mungkin dapat terlewatkan.

Gambar 6.3 USG transvaginal menunjukkan polip endometrium
Gambar 6.4 USG transvaginal menunjukkan kistik polip endometrium

2) Sonohisterografi

Sebuah tabung tipis dimasukkan ke dalam rongga rahim dan cairan steril ( saline-cairan kontras ) disuntikkan untuk membesarkan rongga. USG transvaginal atau transabdominal dilakukan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya cairan di dalam rongga endometrium akan dapat memberikan gambaran pertumbuhan di dalam rongga endometrium yang jelas ( lihat gambar 41.6 ).

3) Histeroskopi

Prosedur ini dilakukan dengan cara menempatkan teleskop tipis (histeroskop) melalui servis dan ke dalam rongga uterus melalui vagina. Ini biasanya dilakukan tanpa anestesi ( pembiusan ).Histeroskop terpasang dengan sistem kamera dan rongga endometrium dapat divisualisasikan pada monitor. Semua polip dapat dilihat dan bahkan dapat diangkat secara bersamaan (lihat bab 38).

Gambar 6.5 Polip ganas

Pengobatan

Berikut adalah pengobatan yang bisa direkomendasikan :

1) Menunggu dan berjaga-jaga

Polip asimptomatik ( tidak menimbulkan gejala ) dapat diatasi sendiri. Mengulangi USG dapat dilakukan setelah 3 hingga 6 bulan untuk melihat apakah polip masih ada.

2) Obat

Hormon seperti progestin (g) dapat diberikan untuk mengecilkan polip. Bahkan jika polip menyusut, polip mungkin dapat muncul kembali ketika hormon dihentikan.

3) Histeroskopi dan pengangkatan polip

Operasi kecil ini umumnya dilakukan di bawah pengaruh bius. Sehingga histeroskopi dapat dilakukan dan polip bisa dieksisi dengan menggunakan alat yang ramping seperti grasper dan gunting.

4) Kuret / kuretase

Kuretase merupakan Instrumen ramping / kecil yang ditempatkan ke dalam rongga endometrium dan lapisan dalam rahim dan digunakan untuk mengikis dan mengangkat semua polip. Kuretase dapat dilakukan dengan bantuan histerokopi untuk memastikan bahwa semua polip telah diangkat dan rongga endometrium telah kosong.

Penatalaksanaan Pascaoperasi

Apabila laporan histeropatologi (g) telah menyatakan bahwa polip jinak, maka diperlukan pengamatan secara teratur untuk memastikan agar tidak terulang kembali. Jarang-jarang polip endometrium kembali terulang. Namun, apabila polip nya bersifat pra-kanker atau ganas ( kanker ) maka pengobatan lebih lanjut akan diperlukan ( lihat bab 33 ).

Pencegahan

Tidak ada cara untuk mencegah terjadinya polip endometrium. Semua wanita, terutama wanita-wanita dengan faktor resiko yang telah disebutkan di atas tadi, akan memerlukan pemeriksaan ginekologi dan USG transvaginal secara teratur.

Simak Video 6.1
Polip Endometrium
https://vimeo.com/159004117

Ringkasan

Polip endometrium, juga dikenal yang merupakan sebagai polip uterus, perkembangan dari lapisan dalam rahim (endometrium) yang menonjol ke dalam rongga endometrium. Polip dapat bervariasi dalam jumlah dan ukuran. Mereka biasanya muncul dengan perdarahan intermenstrual. Diagnosis dibuat dengan USG transvaginal, sonohisterografi dan histeroskopi. Pengobatan termasuk menunggu dan berjaga-jaga, obat untuk menyusutkan polip, histeroskopi pengangkatan polip atau kuretase.

KONTENT

Copyrights © 2024 Selva’s Fertility, Obsterics & Gynaecology Clinic. All Rights Reserved.